MAKASSAR top - Gasing MAKASSAR

MAKASSAR topMAGGASING OR AKGASING

GASING MAKASSAR
MAGGASING ATAU AKGASING



g-makassar 

A. usefulness
Makgasing is naming the language Bugis Makassar people named akgasing whereas in Indonesian which is generally known as a top play.
The naming game is derived from the basic equipment used in playing yaitru top.

B. Events, atmosphere and Playing Time
Tops can be done early in the game or late in the day as free time filler, also be included in the ceremonies of a harvest festival.
In addition to functioning as a mere game is competitive and is also typically used as a means of betting. Cause kegemberiaan atmosphere and always tense, because each player is trying to win the game.

C. Social and Cultural Background
It is a game of the people in general that requires skill and dexterity of someone. Besides causing the atmosphere excited and anxious, because it is competitive, it is also a means of

A. Peranannya
Makgasing adalah penamaan dalam bahasa Bugis sedangkan orang Makassar menamainya akgasing yang dalam bahasa Indonesia umumnya dikenal dengan bermain gasing.
Penamaan permainan ini bersumber dari peralatan pokok yang digunakan dalam bermain yaitru gasing.

B. Peristiwa, Suasana dan Waktu Bermain
Permainan gasing dapat dilakukan dipagi atau sore hari sebagai pengisi waktu senggang, juga diikut sertakan pada upacara-upacara pesta panen.
Selain berfungsi sebagai sekedar permainan juga biasanya bersifat kompetitif dan dijadikan sarana pertaruhan. Menimbulkan suasana kegemberiaan dan juga senantiasa tegang, karena masing-masing pemain berusaha untuk memenangkan permainan.
C. Latar Belakang Sosial Budaya
Merupakan permainan rakyat pada umumnya yang memerlukan keahlian dan kecekatan seseorang. Selain menimbulkan suasana gembira dan harap-harap cemas, karena bersifat kompetitif, merupakan pula sarana
sosialisasi dikalangan anak-anak remaja.

g-makassar

A person who is not only a hobby playing kazoos playing in his neighborhood alone but sometimes to another village. They visit each visit. Similarly, for example, the harvest feast enliven, children and teens are given the opportunity get involved even just playing kazoos. Thus, indirectly they are educated to better appreciate that they are an integral part in the lives of its people. In this case it appears that the role of games or as a means of socialization.

This game is seasonal ie after harvest or in the dry season, this is due to the location game that requires hard and flat ground.

Not all the top players are able to make a top, making requires skill and perseverance of a using materials of the kind of high-quality wood, such as teak, jackfruit trunk porch, wood spinach, cashew and fruit stems terrace kepundung (pude in Bugis Makassar) and so on.

Because the material is not everyone can make it within a village or village-makers are making a top, with their tops is booked by fans in exchange for services. Thus have economic significance for someone.


Seorang yang hoby bermain gasing tidak hanya bermain di lingkungannya saja tetapi kadang-kadang ke desa lain. Mereka saling kunjung mengunjungi. Demikian pula misalnya dalam memeriahkan pesta panen, anak-anak dan remaja diberikan kesempatan melibatkan diri walaupun hanya sekedar bermain gasing. Dengan demikian secara tidak langsung mereka dididik untuk lebih menghayati bahwa mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini nampak bahwa peranan permaianan sebagai sarana sosialisasi.
Permainan ini bersifat musiman yaitu sesudah panen atau dimusim kemarau, hal ini disebabkan lokasi permainan yang membutuhkan tanah keras dan datar.
Tidak semua pemain gasing mampu membuat gasing, pembuatannya membutuhkan keahlian dan ketekunan dari seorang dengan menggunakan bahan dari jenis kayu yang berkualitas tinggi, seperti kayu jati, teras batang nangka, kayu bayam, teras batang jambu dan buah kepundung (pude dalam bahasa Bugis Makassar) dan sebagainya.
Karena bahannya tidak semua orang dapat membuatnya maka didalam suatu desa atau kampung terdapat pembuat-pembuat gasing, melalui mereka inilah gasing dipesan oleh penggemarnya dengan imbalan jasa. Dengan demikian mempunyai arti ekonomis bagi seseorang.





g-makassar


D. Background History of Progress
The origin of this game actually has not been established, but the strongest allegations come from Sumatra, as proposed by KAUDEREN and Matthes in his book "ETNOLOGIE VAN DE TOT BIJDRAGEN Zuid Celebes" that: The possibility of expanding to other areas after Islam, through the relationship trade. Particularly in South Sulawesi is likely acceptable as long since been in contact with people especially the Malays of Sumatra.

The game is commonly known throughout the archipelago, a factor that supports the development of a top game is the material is readily available and the course of the game that included fun, but due to technological developments as well as various forms of the modern game, so the game is starting urgency.

In urban areas, can be said to be almost no longer be found, except in rural areas / villages are often found and They were made by a young teenager.


E. Participant / Performer
The number of players is 2 to 6 people, the age level of children through adolescence. Male gender.



D. Latar Belakang Sejarah Perkembangannya
Asal usul permainan ini belum dapat dipastikan benar, namun dugaan yang paling kuat berasal dari Sumatera, sebagaimana yang dikemukakan oleh KAUDEREN dan MATTHES dalam bukunya “TOT BIJDRAGEN DE ETNOLOGIE VAN ZUID CELEBES” bahwa : Kemungkinan berkembang ke daerah-daerah lainnya sesudah Islam, melalui hubungan dagang. Khususnya di Sulawesi Selatan kemungkinan ini dapat diterima karena sejak lama telah terjadi kontak dengan orang-orang Melayu khususnya Sumatera.

Adapun permainan ini umumnya dikenal diseluruh Kepulauan Nusantara, faktor yang menunjang perkembangan permainan gasing ialah bahannya yang mudah didapatkan serta jalannya permainan yang termasuk mengasyikkan, namun akibat perkembangan teknologi yang juga berbagai bentuk permainan yang modern, sehingga permainan ini mulai terdesak.
Didaerah perkotaan dapat dikatakan hampir tidak dijumpai lagi, kecuali di pedesaan / kampung-kampung masih sering dijumpai dan dilakkan oleh anak-anak belasan tahun.

E. Peserta / Pelaku

Jumlah pemain adalah 2 sampai 6 orang, tingkat usia yaitu anak-anak sampai remaja. Jenis kelamin laki-laki




g-makassar 

Social Background: This is a game from all walks of society, the social background of the participants associated with the social stratification of traditional Bugis-Makassar, the social groups were equal.


F.Peralatan and Gaming SuppliesTops are made of good quality wood species, wood is formed round the middle line between 2.5 - 4 cm, the bottom rather dilancipkan the edges shaped like a nail with a bulge along approximately 3 mm.

Lately it has been using iron nails trimmed edges, protrusions is what touches the ground while spinning tops and spinning.

With the use of iron nails does not mean the extinction of tops that use the old way, because there is also a fan. For types that use the old way is called by the Bugis people with Gasing Rialena Nails and Spikes Rikalena Gasing Makassar call. Fruit Kepundung dumped its contents were then given stalks of bamboo.

Re / Bannang, Repeat for designation or Bannang Bugis Makassar area is a strong rope is not easily broken with a diameter of 1 mm, with a length of about 3 m.

One end of the rope in tight knots and the other end attached to a small piece of wood for a stick that is 3 cm. hold a piece of wood serves as a top thread thrown.


Latar belakang sosial : Merupakan permainan dari segenap lapisan masayarakat, mengenai latar belakang sosial peserta dihubungkan dengan stratifikasi sosial tradisional suku Bugis-Makassar, maka kelompok-kelompok sosial yang sederajat.

F.Peralatan dan Perlengkapan Permainan
Gasing terbuat dari jenis kayu yang berkualitas baik, kayu tersebut dibentuk bulat dengan garis menengah antara 2,5 – 4 cm, bagian bawahnya agak dilancipkan yang ujungnya dibentuk seperti paku dengan tonjolan sepanjang kira-kira 3 mm.

Belakangan ini telah menggunakan paku besi yang ujungnya di tumpulkan, tonjolan inilah yang menyentuh tanah sewaktu gasing berputar dan berpusing.
Dengan penggunaan paku besi tidaklah berarti punahnya gasing yang menggunakan cara lama, karena masih ada juga yang menggemarinya. Untuk jenis yang menggunakan cara lama ini disebut oleh orang Bugis dengan Gasing Paku Rialena dan orang Makassar menyebutnya Gasing Paku Rikalena. Buah Kepundung yang dibuang isinya kemudian diberi bertangkai dari bambu.
Ulang / Bannang, Ulang untuk sebutan orang Bugis atau Bannang di daerah Makassar yaitu Tali yang kuat tidak mudah putus yang berdiameter 1 mm, dengan panjang sekitar 3 m.
Salah satu ujung tali di buhul kuat-kuat dan ujung yang lain dikaitkan pada sekerat kayu kecil sebesar lidi yang panjangnya 3 cm. sekerat kayu ini berfungsi menahan benang sewaktu gasing dilontarkan.


g-makassar-8 

G. The road game
Performed on flat hard ground. First a top head held or grasped dengans one hand, then put his other hand nailed a top rope.

How is the knot at the end of the rope is attached to the nail top, then pressed with a finger hand holding a top. Furthermore rope wrapped tightly and the meeting until about three quarters of a top body bandaged, after which the other end of the rope or left attached to a piece of wood inserted between the index finger and middle finger.

By this means the top has changed hands into the hands of the wrapping thread, gripped tightly and then thrown forward. When plucked strings will hit the ground with one hand, then the top is spinning, throw a rope strong and jolt the right to determine the length of lap tops.

G.Jalannya Permainan
Dilakukan diatas tanah datar dan keras. Pertama-tama kepala gasing dipegang atau digenggam dengans satu tangan, kemudian tangan satunya memasang tali dipaku gasing.

Caranya ialah buhul di ujung tali dilekatkan paku gasing, kemudian ditekan dengan telunjuk tangan yang menggenggam gasing. Selanjutnya tali dililitkan kuat-kuat dan rapat sampai kira-kira tiga perempat badan gasing terbalut, setelah itu ujung tali yang satunya atau tersisa diikatkan pada sekerat kayu disisipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah.
Dengan ini berarti gasing telah berpindah tangan ke tangan yang melilitkan benang, digenggam kuat-kuat kemudian dilontarkan kedepan. Sewaktu akan menyentuh tanah talinya disentakkan dengan tangan yang satu, maka gasing tersebut berputar, lontaran yang kuat dan sentakan tali yang tepat menentukan lamanya putaran gasing.


 In relation to the duration of spinning tops is also determined by:

     Top quality, the type of wood used, because the weight of tops that the longer the rotation; equilibrium sphere size and height tops and smoothness also determine superiority sharpener.
     Papat or strong thread dililitkann or wrapped on top, because otherwise it would be when a top or temporarily leveled the thread wrapped around are released / slipped out so the top will be thrown away without turning.
     Individual's expertise in play, removing all the top opponents of the circle, the player is deemed the winner.

H.
Present Position
Top game has almost become extinct, in South Sulawesi pad generally in a residential area Bugis Makassar in particular is very rare, because later generations no longer so fond of.

If the days of the past favored by children and teens, then in the last years is only done by children in rural areas and even then only in very limited quantities.

By seeing his condition is now no longer play a role as a common game among children and adolescents, it is condemned to extinction.


Sehubungan dengan lamanya gasing berputar ditentukan pula oleh :
  • Kualitas gasing, yaitu jenis kayu yang digunakan, karena semakin berat gasing itu semakin lama pula putarannya; keseimbangan ukuran bulatan dan tinggi badan gasing serta kehalusannya rautan turut menentukan keunggulannya.
  • Papat atau kuatnya benang yang dililitkann atau dibalutkan pada gasing, sebab kalau tidak demikian maka sewaktu gasing akan atau sementara dilontarkan maka benang yang melilit akan terlepas / melorot keluar sehingga gasing akan terlempar begitu saja tanpa berputar.
  • Keahlian seseorang dalam bermain, mengeluarkan semua gasing lawan dari lingkaran, pemain inilah yang dianggap sebagai pemenang.
H.Peranan Masa Kini
Permainan gasing telah hampir mengalami kepunahan, di daerah Sulawesi Selatan pad umumnya di daerah kediaman suku Bugis Makassar pada khususnya sudah sangat jarang dijumpai, karena generasi kemudian tidak lagi begitu gemar.

Kalau dimasa silam digemari oleh anak-anak dan kalangan remaja, maka pada masa-masa terakhir ini hanya dilakukan oleh anak-anak saja dipedesaan dan itupun dalam jumlah yang sangat terbatas.
Dengan melihat kondisinya sekarang ini sudah tidak berperanan lagi sebagai permainan umum dikalangan anak-anak dan remaja, maka dipastikan akan mengalami kepunahan.

Comments

Popular posts from this blog

GASING MAKASSAR

ASMAT CULTURAL FEAST 2011 / PESTA BUDAYA ASMAT 2011

TOP FROM YOGYAKARTA - GASING YOGYAKARTA