FESTIVAL LEGU GAM 2011

Festival Legu Gam adalah suatu kegiatan tradisi Pesta Rakyat untuk memperingati Hari Jadi Sultan Ternate dan secara historis merupakan manifestasi kebudayaan daerah yang dilakukan sebagai tradisi adat istiadat Maluku Kie Raha (Maluku Utara) yang melibatkan pihak kerajaan / kesultanan sebagai pranata sosial masyarakat adat.
Event Festival Legu Gam menjadi hajatan tiap tahun terutama pada acara hari ulang tahun Sri Sultan Ternate yang dilaksanakan secara besar-besaran pada 5 (lima) tahun terakhir dan hingga kini memasuki tahun ke 7 (tujuh) di tahun 2010 pada setiap penyelenggaraan event ini selalu dilakukan pada bulan April
Kini Festival Legu Gam telah diakomodir menjadi Kalender Tahunan Wisata Nasional sehingga pengaruhnya sangat nyata bagi pembangunan Sektor Pariwisata terutama dalam upaya peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD) Propinsi Maluku Utara.
Legu Gam dilakukan dalam bentuk tarian – tarian atau disebut dengan Tarian Legu. Tarian Legu ini berbeda dengan tarian tradisional lainnya yang umumnya dipentaskan dalam segala kesempatan. Tarian Legu ini dipentaskan dalam 3 (tiga) acara dan ketiganya pun bertingkat sifatnya. Acara pada tingkat pertama adalah Daru Gam yaitu berupa kunjungan ke daerah – daerah tertentu. Tingkat kedua adalah Kololi Kie yaitu kegiatan mengelilingi gunung. Kegiatan ini dilakukan jika kondisi rakyat khususnya di Maluku Utara sudah sangat gawat, seperti ketika Gunung Gamalama meletus. Acara ketiga adalah Fere Kie yaitu Sultan memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT.
Tarian yang dipentaskan merupakan rangkaian gerakan yang meyerupai kepakan sayap burung. Menurut legenda, tarian ini merupakan symbol dari turunnya Burung Berkepala Dua (GOHEBA) yang menjadi symbol Kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo). Dalam tarian tersebut disampaikanlah kritik – kritik kepada Sultan yang dikemas dalam bentuk syair dengan diiringi oleh alunan music tifa. Para penari adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari Keluarga Sultan. Tarian Legu dipentaskan ketika Sultan selesai melakukan salah satu upacara tersebut di atas. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sultan tidak diperkenankan berdiri sebelum Tarian Legu berakhir. Hal ini bertujuan agar pesan – pesan yang disampaikan dapat dipahami, dihayati dan menjadi bahan introspeksi Sultan dalam menjalankan kepemimpinannya.
Pendekatan pembangunan berlandaskan pada Adat Se Atorang merupakan sebuah narasi agung yang bersumber dari adat istiadat serta kebiasaan yang mengatur tentang kehidupan masyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pembangunan bangsa. Pendekatan ini merupakan titik balik arus pemikiran pembangunan yang selama ini dipraktekkan, yaitu pendekatan dari arus local dan arus bawah yang partisipatif dan demokratis. Pendekatan pembangunan yang berlandaskan pada Adat se Atorang lebih bertumpu pada kemandirian, kepemilikan dan kapasitas local, berbasis kelestarian lingkungan alam, demokrasi kerakyatan (sebagaimana filosofi JOU SE NGOFANGARE).
Didalamnya juga terkait dengan pengelolaan sumber daya berbasis komunitas (social capital), berbasis pada kebijakan dan kultur local dan berbasis kelestarian alam yang berkelanjutan.
LEGU GAM yang diselenggarakan merupakan pesta rakyat sebagai manifestasi kecintaan rakyat (Bala Kusu se Kano – kano) terhadap Baginda Sultan Ternate dengan menampilkan berbagai paket kegiatan, diantaranya : pentas seni budaya berupa tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, pameran kerajinan local karya putera-puteri daerah, hingga kegiatan Seminar dan Bedah Buku yang menghadirkan pembicara – pembicara dari kalangan akademisi, politisi dan budayawan nasional. Dengan demikian, Legu Gam selain mengandung berbagai kegiatan yang memiliki unsure hiburan / pesta rakyat Moloku Kie Raha, juga mengandung unsure pendidikan (Education)
LEGU GAM telah diakomodir menjadi Kalender Tahunan Kementrian Pariwisata RI melalui SK Menteri Pariwisata RI No. 800-10 PRI/10/2007 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Legu Gam Moluku Kie Raha. Legitimasi pihak pemerintah Pusat dan Daerah atas penyelenggaraan event Legu Gam sebagai Agenda Nasional tentunya membawa kesan positif bagi masyarakat Maluku Utara. Diharapkan event ini menjadi warisan tradisi para leluhur yang menjadi asset Kebudayaan Nasional, sehingga tetap dilestarikan keberadaannya sekaligus merupakan Modal Sosial yang dapat dijadikan sebagai Kekuatan Pembangun Bangsa.
Legu Gam sebagai salah satu strategi pengembangan kepariwisataan daerah Maluku yang di selenggarakan pada setiap tahunnya memiliki makna penting dan strategis sebagai daerah yang kaya akan potensi kepariwisataan dan memiliki kejayaan masa lalu yang terlupakan. “Spices of Islands” adalah salah satu motto kejayaan masa lalu. Maluku Utara yang kaya akan rempah – rempah (cengkeh dan pala) yang diperebutkan bangsa – bangsa Eropa maupun Asia Pasifik di tahun 1600 an. Kemudian Pulau Morotai dalam posisi sebagai kawasan perbatasan yang terletak di bibir Pasifik dan menjadi pusat pendaratan pasukan tentara Jepang dan sekutu pada PD II dalam melakukan expansi di wilayah RI saat itu. Bangsa – bangsa asing tersebut meninggalkan berbagai peninggalan sejarah, menjadi aset kepariwisataan yang bernilai jual dan berdaya saing tinggi dalam pengembangan kepariwisataan kedepan.
Yang tak terabaikan pula adalah unsur daya tarik wisata alam bahari yang sangat mempesona dengan keragaman dan kekhasan biota laut (terumbung karang dan jenis ikan hias) sehingga Maluku Utara dapat disebut juga dengan slogan “East Indonesia Paradise” adalah surga di timur Indonesia dan segaligus sebagai branding kepariwisataan Maluku Utara, dalam mendukung branding tersebut pengemasan produk unggulan dan sinergitas kerja lintas sektor terkait, menjadi komitmen bersama dalam pengembangan kepariwisataan kedepan
Kini Legu Gam kemudian menjadi penting guna peningkatan kerjasama lintas sektor dalam pengembangan kepariwisataan Maluku utara, dan lebih khusus yakni dalam rangka melaksanakan persiapan – persiapan, kegiatan – kegiatan prioritas guna mensukseska sail Indonesia 2012 di Pulau Morotai yang telah di canangkan langsung oleh Bapak Presiden RI Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
Selanjutnya posisi strategis Pulau Morotai juga sebagai gateway / pintu masuk Negara – Negara Asia Pasifik mengandung makna multi player effek dan positif impack dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi baik di internal Kab / Kota se Provinsi Maluku Utara maupun membuka pusat – pusat pertumbuhan baru secara hinter island diseluruh daerah – daerah bahkan Negara – Negara di kawasan Asia Pasifik.
Dalam konteks kebudayaan, “legu gam” bukan hanya sebuah perayaan seremonial belaka tetapi merupakan kegiatan dan karya kemanusiaan yang mengformulasikan kebudayaan dalam tradisi – (Legu Gam) melalui kegiatan-kegiatannya sebagai upaya melestarikan warisan kebudayaan bangsa di daerah Maluku Utara.



Comments

Popular posts from this blog

GASING MAKASSAR

GASING TANJUNG PINANG

ASMAT CULTURAL FEAST 2011 / PESTA BUDAYA ASMAT 2011